Pengalaman Indi Eko Yanuarto, Backpacker Probolinggo Keliling 39 Negara

Indi makan bersama backpacker lainnya di Beijing, Tiongkok. Makanan dibawa dari Indonesia untuk menghemat biaya.

HA. SUYUTI, Probolinggo, Radar Bromo

Dulu pelesir ke luar negeri identik dengan biaya mahal. Tapi, kini tidak berlaku lagi. Dengan kocek pas-pasan pun bisa mengunjungi negara lain. Syaratnya: mau capek dan sedikit ribet.

BERAWAL dari kegemarannya bertualang dan mendaki gunung, Indi Eko Yanuarto akhirnya kepincut backpacker. Apalagi, setelah bergabung dengan Forum Backpacker Indonesia (BPI) pada tahun 2015. Warga Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, ini pun semakin keranjingan ke luar negeri.

“Tahun 2010 saya mulai backpacker-an. Waktu itu, saya mengunjungi Swedia, Finlandia, dan Belanda. Tapi mulai sering backpacker setelah bertemu teman-teman BPI,” kata Indi yang sehari-hari seorang pengusaha ini.

Karena, lanjut Indi, forum BPI selalu meng-update informasi plesir ke luar negeri. “Ada saja info jalan-jalan ke luar negeri. Akhirnya, saya sering ikut,” kata Indi yang mengaku tidak pernah solo travelling ini.

Biasanya, saat ada info ke luar negeri, yang tertarik langsung membuat grup. Pesertanya bisa dari seluruh Indonesia. “Setiap ke luar negeri, dapat teman baru. Sekali jalan 3 orang sampai 10 orang,” tambah Indi yang juga menjabat ketua Kadin Kota Probolinggo ini.

Setelah terbentuk grup, kemudian membuat itinerary (jadwal perjalanan). Mulai destinasi yang dituju, hotel, dan transport lokal selama di luar negeri.

“Masing-masing kemudian berburu tiket pesawat promo dan penginapan secara online. Mencarinya saat di Indonesia. Di luar negeri sudah tidak repot,” terang Indi yang saat ini menjabat ketua harian Kwarcab Pramuka Kota Probolinggo ini.

Sebelum membuat itinerary, biasanya didiskusikan dulu di grup. Setelah setuju, kemudian difikskan. “Berangkatnya sendiri-sendiri. Ketemunya langsung di negara tujuan. Jarang berangkat bersama dari Indonesia,” ungkap Indi yang pernah tidur di bandara Athena ini.

Karena tiket promo, terkadang di pesawat tidak mendapat makan atau snack. Jadi, harus menyiapkan sendiri. Biasanya, makan sebelum berangkat. Atau, membeli makanan dan dibawa ke pesawat.

“Ada pesawat yang menyediakan makanan, tapi beli lagi. Harganya lumayan mahal,” jelas Indi, salah satu owner Hotel Bromo View Kota Probolinggo ini.

Untuk menyiasati minum, Indi selalu membawa tumbler. Air diisi di bandara. “Kalau bukan tumbler, tidak boleh naik ke pesawat,” jelasnya.

Selain itu, membawa makanan dan lauk dari Indonesia. Misalnya sambal goreng tempe dan abon. “Mengantisipasi kalau makanannya tidak cocok. Selain itu, tidak usah beli lagi,” katanya terkekeh.

Tidak lupa, Indi selalu membawa obat antimabuk. Terutama jika perjalanannya jauh. “Di pesawat tidur dan istirahat. Sesampai di negara tujuan sudah segar. Biasanya saya jalan kaki ke destinasi. Makanya harus fit,” jelasnya.

Jalan kaki jadi pilihan, karena kata Indi, bisa mengeksplore banyak hal. Mulai sosial budaya, teknologi, ekonomi, dan adat istiadat setempat.

“Ini bedanya kalau berwisata ala backpacker. Bisa ke mana-mana. Karena jadwalnya dibuat sendiri,” Kata Indi yang tidak pernah pakai tour guide selama di luar negeri.

Selama tur, anggota grup harus saling mendukung. Tidak boleh menang sendiri. Semuanya dikomunikasikan. Misalnya, ketika ada teman yang masih menikmati sebuah destinasi, yang lainnya tidak terburu-buru pergi. Tapi, yang menikmati juga harus menyesuaikan jadwal. “Jadi, sama-sama enak. Tidak ada yang merasa ditinggal,” ujarnya.

Bagi yang ingin mencoba backpacker, Indi memberi beberapa tips. Salah satunya harus komitmen dan konsisten dengan aturan yang sudah dibuat bersama.

“Harus disiplin. Kalau janjian pukul 07.00, ya harus tepat. Termasuk saat mengunjungi destinasi, tidak seenaknya mengubah itinerary,” terangnya.

Selain itu, mempelajari negara tujuan sebelum berangkat. Mulai budaya, destinasi wisata, transportasi, hotel, dan lainnya. Sehingga, sesampai di negara tujuan, tidak terlalu bingung.

“Meski tidak pernah pakai tour guide, Alhamdulillah lancar. Karena saya selalu mempelajari negara tujuan sebelum berangkat,” jelasnya.

Tips lainnya, menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Karena untuk mengeksplore negara tujuan, banyak dilakukan dengan jalan kaki. Selain itu, jika sakit akan merepotkan teman lainnya.

“Jangan lupa membawa obat-obatan. Kalau sakit di sana, susah. Karena berangkat sendiri tanpa ada travel,” terangnya.

Untuk baju dan celana, membawa sesuai kebutuhan. Jangan berlebihan karena akan memberatkan. “Jangan lupa bawa jaket. Terutama jika negara tujuan sedang musim dingin,” jelas Indi, yang memilih membawa tas ransel dibanding koper ini. “Ransel lebih praktis dan bisa dibawa ke kabin,” katanya.

Tak kalah pentingnya, lanjut Indi, pengaturan keuangan. Anggaran yang sudah disiapkan jangan sampai membengkak. Misalnya, karena terlalu banyak belanja oleh-oleh. Selain berat dan merepotkan, jika melebihi bagasi pesawat, biayanya mahal.

“Ini jalan-jalan. Bukan mau belanja. Kalau hanya beli gantungan kunci atau suvenir kecil-kecil bolehlah. Jadi, pantang borong oleh-oleh,” kata Indi selalu membawa barang sesuai kebutuhan itu.

(bersambung)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *